Kamis, 07 September 2017

Kenalan yaa......



Assalamualaikum Wr Wb.

        Salam hangat untuk semuanya😊, semoga berlimpah keberkahan dan kebahagiaan di pagi ini.
Perkenalkan, saya Lulu Binti Maslukanah, asli dari Kediri Jawa Timur, Lahir pada 31 Juli 1988. Sebenarnya saya sudah tua ya buibu, hehe, karena yang seumuran atau bahkan jauh dibawah saya putra/putrinya sudah ada 2 bahkan juga sudah ada yang 3, hehehe. But, it's oke, semua ada masanya sendiri-sendiri yaa (menghibur diri😄).
Tapi saya selalu menempatkan diri saya disni sebagai yang termuda, karena mmg dalam pengasuhan anak saya masih newbi unyu-unyu alias belum berpengalaman sama sekali😄.
.
.
       Background saya pendidik, dlu saya belajar di univ.negeri Malang jur. Pendidikan Geografi angkatan 2007, lulus tepat 2011. Kemudian saya ikut recruitment pendidik u/ anak-anak Indonesia di Sabah-Malaysia, alhamdulillah lolos. Dan saya berangkat ke Sabah tahun 2012.
Pada masa penantian berangkat ke Sabah, saya lanjutkan belajar bahasa Inggris di kampung Inggris Pare (kampung yang cukup populer untuk orang luar kediri bahkan luar negeri tetapi kurang cukup populer untuk warga lokal, hihi)
.
.
Belajar Bersama anak-anak Indonesia di Sabah










.
      Saya di Sabah, mulai 2012-2016, jadi 4 tahun saya disana, alhamdulillah, bisa belajar banyak pengalaman dan banyak hal disana. Memang benar syair yang diutarakan Imam Syafi'i, "Merantaulah, maka kau akan dapati kawan baru pengganti kawan lama". Dan betul disini saya bertemu orang dengan berbagai model dan karakter. Yang mayoritas memang memiliki watak keras dibandingkn orang Jawa. Saya bukan tinggal di kota besar yaa, saya tinggal di pedalaman sawit, tempat yang cukup jauh dari kota, kalau mau ke kota atau ketemu aspal bisa ditempuh kurang lebih selama 3jam, dengan perjalanan darat yang cukup amazing. Kalau untuk ibu hamil yang lewat, mungkin bisa mempercepat bukaaan atau bayi lahir, hihi. Yang saya ajar sebenarnya juga anak-anak Indonesia, kebanyakan yang merantau kesini orang-orang bugis (sulawesi), yang sudah bertahun-tahun di Sabah, yang kadang anaknya udah sampe 7, tapi agak-agak lupa dengan negara asalnya. Sampai kadang anak-anak sering nanya ke saya, "Ibu, kenapa sih itu duit Indon banyak betul nolnya, tapi kalau buat beli dapat sikit je, bukan macam duit ringgit". Ada yang pernah nonton Tanah Surga kan Bunda?😁, persis begitu lah, tapi kondisi disana tidak sebegitu mengenaskan. Semua tergolong layak, karena perusahaan sawit di Malaysia diberi batas standar u/kesejahteraan pekerjanya. Salah satunya dengan harus adanya sekolah, di masing-masing wilayah. Anak-anak disana loyalitasnya cukup tinggi, apalgi dengan yang namanya guru, tapi tergolong energinya luar biasa alias hiperaktif, jadi ngajar disana terkadang mirip-mirip kita outbond di hutan, karena setiap hari memang harus teriak-teriak, hehehe (kalau ingat ini saya kadang malu, karna dlu ilmu mengenai anak memang masih zonk), partner mengajar saya orang Filipina, cara mengajar orang Filipina memang keras dan harus bisa, Jadi sedikit banyak dlu saya terkontaminasi dgn cara mengajar beliau.
.
.
Kereta..... (Mobil) 

Didepan Gunung Kinabalu - Sabah

Packing-packing

Packing-packing....

senyum kalian akan selalu saya catat dalam hidupku nak.....

ketika perpisahan datang .. T-T

       Hidup di perantauan itu memang keras yaaa buk, iyaa itu memang betul😁. Saya sudah biasa bergelut dengan tidak ada sinyal, hp dikocok-kocok supaya sinyal ada yang nyangkut, kehabisan air, mandi air yang warnanya seperti milo (hihi), serta listrik yang memang tidak 24jam dan disana panasnya cukup maksimal.
Tetapi semua tetap harus dijalani dengan riang dan gembira, supaya hormon oksitosin (hormon bahaginya) melimpah ruah.
.
.
       Saya menikah tahun 2014, tapi setelah itu LDM selama 2tahun. Saya juga mempunyai pengalaman keguguran di tahun 2015. Perlakuan RS disana memang super beda dgn di Indonesia, Saya sudah menempuh jarak selama kurang lebih 3jam-an untuk menuju RS tersebut, tpi memang kebijakan RS disana, tidak akan memberikan obat penguat kandungan untuk ibu hamil yang flek atau apalah begitu kecuali dia sudah pernah punya riwayat keguguran minimal selama 4x (serem juga yaaa, hihi). But, It's oke, saya melewatu masa-masa ini dgn baik, walaupun sempat disangka dengan para suster disana, saya tidak punya suami, hahaha karena saya datang ke RS hanya dengan teman-teman yang mengantar saya.
.
.
       Sampai akhirnya saya bisa tersesat dengan sangat baik untuk bisa kenal dengan IIP melalui bunda Nareswari, dulunya kordi Bogor sekarang krna pindah ganti di Yogyakarta. Disini saya bisa belajar banyak hal dari bunda-bunda keren semuanya😊😊
.
.
       Mohon maaf rangkaian cerita saya tadi ngalor ngidul yaa bund dan mohon maaf sekali lagi saya belum bisa share ttg cara pengasuhan karena saya pribadi masih dipersimpangan jalan menuju kesana😊
.
.
       Terimakasih banyak sudah berkenan membaca🙏🏻🙏🏻 dan terakhir yang sering jadi pertanyaan balik u/saya pribadi, Manusia itu sering lolos jika diuji dalam kesulitan atau kesempitan tapi tidak banyak dari mereka yang lolos jika diuji dengan kehidupan di zona nyaman atau bahkan keberlebihan. Padahal Intinya mah, saya kangen merantau lagi, hehehe




Kamis, 12 Februari 2015

Batik Khas Kediri Motif Brantas Mulya

By. Aghitsna Batik
By. Aghitsna Batik

Batik Brantas Mulya adalah Batik ciri khas dari daerah kota kediri, karena di ambil dari sebuah sungai yang membelah kota kediri yaitu antara kecamatan mojoroto dan kecamatan kota, dari kearifan lokal inilah kami membuat batik yang memang menjadi ciri khas kota kediri.

Rabu, 11 Februari 2015

BAPAK WALIKOTA KEDIRI MENGENAKAN BATIK BRANTAS MULYA

Batik khas Kediri
Bapak Abdullah Abu Bakar (Walikota Kediri) mengenakan Batik Brantas Mulya

BATIK SIDOMUKTI


Sekilas Tentang Batik Indonesia

      Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan tradisionalnya mulai dari kerajinan tangan begitu juga hasil buminya, tidak jarang hasil olahan yang ada di Indonesia dijual ke luar negeri dalam bentuk mentah / belum jadi dan juga sudah menjadi sebuah benda.

      Batik merupakan salah satu contoh warisan leluhur Indonesia yang terus dijaga kelesatariannya hingga saat ini. Yogyakarta, Pekalongan dan Solo merupakan daerah-daerah yang terkenal sebagai daerah asli batik, kemudian dikuti oleh beberapa daerah lainnya seperti Madura yang terkenal dengan Batik Maduranya yang memiliki warna yang sangat mencolok terkenal dengan selogan “Makin di Cuci Makin Terang” dan Cirebon dengan MegaMendungnya yang mencetar membahana badai hingga akhirnya berkembang ke beberapa daerah di Indonesia.

      Yogyakarta, Pekalongan dan Solo sendiri terkenal dengan keunikan motif-motif batiknya karena ketiga kota tersebut memang memiliki banyak para pengrajin Batik. Sehingga tidak jarang juga kita mendengar kalau Batik dari Daerah Yogyakarta, Pekalongan dan Solo harganya lebih murah dari pada daerah yang lain. Batik Solo pada umumnya didominasi oleh warna sogan, Batik Pekalongan terkenal dengan aneka warna yang variatif dan untuk Yogyakarta sendiri terkenal dengan motif-motif yang beragam.

      Banyak kita jumpai para pedagang batik disetiap daerah, hampir semua menjual Kain Batik dan Baju Batik tentunya dengan berbagai jenis harga dan motif yang berbeda. Mahal dan murah itu relative tergantung jenis batik yang diperjualbelikan karena pada dasarnya seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknlogi pembuatan batik juga ikut berubah.


          Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.

         Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.

        Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.

        Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).

       Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.

       Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.

BATIK PARANG